Iklan Google
Kamis, 21 Oktober 2010
Senin, 11 Oktober 2010
Makalah Media Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran. Pembelajaran menurut Hamalik (2002:48) merupakan proses komunikasi yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Jadi, dapat diartikan bahwa suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar yang di dalamnya terdapat proses komunikasi. Komunikasi tersebut tidak harus berupa pemberian materi dari guru kepada siswa saja, tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan.
Hamalik (2002:48) menyatakan bahwa guru menempati posisi kunci strategis dalam menciptakan suasana yang menyenangkan untuk mengarahkan agar siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Oleh karena itu, guru harus berusaha menciptakan suasana belajar yang memungkinkan terjadinya pengalaman belajar pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber belajar dan menggunakan sebagai stregi belajar-mengajar yang tepat. Selain itu, guru juga harus mempunyai rencana tentang apa yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut menunjukan bahwa tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi siswa.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suasana belajar-mengajar. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suasana belajar-mengajar tersebut diantaranya faktor eksternal dan internal (Wibawa dan Mukti, 1991:1). Faktor eksternal meliputi media pembelajaran, guru, materi, metode belajar dan sistem pembelajaran. Sedangkan faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri misalnya saja gaya dia belajar. Tak hanya itu itu, untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan juga dapat tercipta dari interaksi yang terjadi antara lain, interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, siswa dan media, siswa dengan metode dan sebagainya. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa media sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran mempunyai posisi yang penting, karena media dapat berfungsi sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar.
Sejalan dengan itu, Bahri dan Zain (2002:136) menyatakan bahwa:
“Kehadiran media memang mempunyai arti yang cukup penting dalam suatu proses pembelajaran. Ketidakjelasan dalam proses pembelajaran dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang disampaikan kepada siswa dapat disedarhanakan dengan bantuan media. Media dapat membantu dan mewakili kurangnya ucapan guru melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, siwa lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media”.
Dengan demikian, pentingnya peranan media sebagai salah satu komponen pembelajaran perlu dikaji dan dipahami segenap pelaku pendidikan, guna terciptanya tujuan pendidikan dengan nyaman dan setidaknya lebih mudah dan lebih menyenangkan
BAB II
PEMBAHASAN
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Akhmad Sudrajat,2008). Dalam bahasa arab, media disebut ‘wasail’ bentuk jamak dari ‘wasilah’ yakni sinonim ‘al-wasth’ yang juga artinya tengah atau sesuatu yang berada di antara dua sisi, maka disebut perantara (Yudhi Munadi,2008,6).
Pengertian media sebenarnya sangat beragam. Hal ini disebabkan perbedaan sudut pandang dalam menyoroti media. Ada yang meninjau dari segi bentuk, fungsi ataupun tujuannya. Berikut berbagai pengertian media yang disampaikan oleh para ahli sebagimana dikutip dari berbagai sumber:
• Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi (Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan/AECT di Amerika).
• Media adalah sarana (prasarana) yang membantu proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat berhasil dengan baik (Roestiyah, 1989).
• Teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimnfaatkan untuk keperluan instruksional (Schramm, 1977).
• Media adalah segala jenis komponen dalam lingkungan yang dapat merangsang untuk belajar (Gagne, 1970)
• Media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Briggs,1970).
• Media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual beserta peralatannya (Asosiasi Pendidikan Nasional/NEA).
Berbagai pengertian yang disampaikan mempunyai persamaan, yakni bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat terangsang dan semangat untuk belajar.
Sadiman (1990) membedakan media dengan alat bantu pengajaran. Menurutnya, alat bantu pengajaran mengacu pada alat-alat tertentu, biasanya peralatan visual, yang digunakan guru untuk membantu memperjelas uraiannya, memotivasi belajar, memberi pengalaman konkret, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Media bukan hanya merupakan alat bantu guru tetapi sebagai alat penyalur pesan.
Dengan demikian, media mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada alat bantu mengajar. Pengertian ini muncul dengan adanya peralatan audio visual dan berbagai bentuk lain digunakan menyampaikan pesan. Alat bantu pengajaran merupakan bagian dari media pendidikan. Telepon dianggap sebagai alat bantu mengajar, sedangkan gambar computer merupakan media. Komputer dianggap sebagai alat yang dapat menyampaikan informasi selain yang diberikan oleh guru.
Dari beberapa uraian di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Yudhi Munadi,2008,7-8).
B. Manfaat Media Pembelajaran
1) Penyampaian materi perkuliahan dapat diseragamkan.
2) Proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan.
3) Proses belajar lebih interaktif
4) Jumlah waktu belajar mengajar menjadi lebih efisien.
5) Kualitas belajar dapat lebih ditingkatkan.
6) Proses belajar dapat dilakukan tidak hanya di kelas.
7) Sikap positif siswa terhadap bahan belajar maupun proses belajar dapat
ditingkatkan
8) Peran guru berubah kearah yang lebih positif dan produktif
Berbagai pendapat tersebut menunjukkan bahwa media sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media akan dapat membantu siswa sebagai subjek belajar, guru sebagai fasilitator, dan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan bantuan media, proses pembelajaran akan terasa lebih berwarna atau bahkan menyenangkan yang tentu saja membawa dampak positif terhadap hasil belajar.
C. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran (I wayan Sentyasa,2007,4). Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam arsyad, 2002;11) sebagaimana dikutip dari www.argosus.wordpress.com (diakses tanggal 5 oktober 2010) adalah sebagai berikut:
1. Kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
3. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Adapun Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
1. Verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
2. Salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya.
3. Perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
4. Tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
D. Tujuan Media Pembelajaran
Sebagai bagian dari sesuatu yang penting dalam pembelajaran, media juga memiliki tertentu dalam pengadaan dan penggunaannya. Berikut tujuan umum media pembelajaran sebagaimana dikutip dari situs www.uii.ac.id (diakses pada tanggal 4 oktober 2010):
- Mempermudah proses pembelajaran
- Meningkatkan efisiensi pembelajaran
- Menajaga relevansi dengan tujuan pembelajaran
- Membantu konsentrasi pembelajar
E. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
a. Landasan Filosofis.
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
b. Landasan Psikologis
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif.
Untuk maksud tersebut, perlu diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, dan diperlukan bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak.
c. Landasan Teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Dalam proses pembelajaran dasar teknologi merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan, sebab pada dasarnya siswa belajar adalah untuk mememenuhi kebutuhannya. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, siswa memerlukan teknologi. Oleh sebab itu, penggunaan media harus sesuai dengan teknologi yang ada.
Sebagai contoh, siswa yang berada di daerah pantai lebih baik mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan kelautan, misal kapal layar. Siswa tersebut harus mempelajari pengetahuan tersebut daripada harus mempelajari teknologi yang berkaitan dengan mesin angkut yang biasa digunakan di perusahaan-perusahaan. Pemehaman dan keterampilan yang terkait dengan kapal layar lebih memberikan manfaat bagi kehidupannya. Dengan demikian, berbagai media yang terkait dengan kapal layar dapat lebih mendukung keberhasilan pembelajarannya.
Berikut beberapa prinsip yang didasarkan pada teknologi dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu:
1) Penggunaan sumber belajar yang luas sesuai dengan kemajuan IPTEKS.
2) Pembelajaran mengutamakan prinsip individualisasi dan personalisasi yang didasarkan pada keunikan individu.
3) Pembelajaran sedapat mungkin dilaksanakan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di lingkungannya.
d. Landasan Empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual.
Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pembelajaran faktor yang berperan dalam keberhasilan pembelajaran adalah media pembelajaran. Media pembelajaran terkadang disamaakan dan dirancukan dengan alat pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mentransformasikan pengetahuan kepada siswa. Sementara alat pembelajaran atau alat peraga adalah segala sesuatu yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Jika media dapat menggantikan peran guru, maka alat peraga mewajibkan kehadiran dosen untuk mengoperasikan. Namun demikian terdapat pendapat juga bahwa media merupakan bentuk umum dari alat peraga.
Kehadiran media pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan segudang fungsi dan manfaatnya pada dasarnya dimaksudkan untuk mengkonkretkan pengetahuan, keterampilan, pewarisan sikap. Dengan demikian, media juga dapat memberikan/membantu guru, siswa, maupun pelaksanaan metode dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran hendaknya mempertimbangkan empat prinsip dasar yang menyertainya. Penggunaan harus dapat memotivasi siswa untuk belajar, memotivasi siswa untuk meningkatkan kualitas belajar, tetapi tetap memperhatikan bahwa media tersebut sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
- www.akhmadsudrajat.wordpress.com (diakses pada tanggal 30 september 2010)
- Ali,M. (2004). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo Offset.
- Bahri, S dan zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
- Hamalik, O. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
- Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, danpenulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV.FIP-IKIP Malang.
- Ibrahim, H. 1999. Pemanfaatan dan pengembangan media slide pembelajaran. Bahan ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi dan penggunaan media pembelajaran bagi dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s.d 6 Maret 1999.
- Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. 2001. Media pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. FIP. UM.
- Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran.Makalah. Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan Pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung.
- Munadi, Yudhi.2008. Media Pembelajaran:Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.
- Roestiyah. 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : BINA AKSARA.
- Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.
- Wibawa, B & Mukti, F. (1991). Media Pengajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
- www.argosus.wordpress.com (diakses tanggal 5 oktober 2010)
- www.uii.ac.id (diakses tanggal 4 oktober 2010)
Download file
Teori Islam masuk Nusantara
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, karena di media massa mungkin kita kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai,
Minggu, 10 Oktober 2010
Tentang Statistik
Senin, 13 September 2010
Hamba Pelajar Pencari Tuhan
Dalam sebuah perbincangan, setidaknya ada satu kata yang meliputi 4 cara yang dapat ditempuh yang menimbulkan 4 sikap tanpa meninggalkan kegiatan belajar, yaitu tafakkur yang terdiri dari
1. Tafakkur akan janji-janji Allah, sehingga timbul optimisme dalam hidup.
2. Tafakkur akan ancaman-ancaman Allah sehingga timbul rasa khouf kepada azab Allah
3. Tafakkur akan nikmat-nikmat Allah yang menimbulkan rasa syukur
4. Tafakkur akan bukti-bukti nyata ilmu pengetahuan sehingga timbul rasa haibatullah, iman akan kehebatan dan keagungan Allah
Senin, 06 September 2010
Hari Raya Idul Fitri
Namun, kadangkala datangnya idul fitri dikaitkan dengan adanya tradisi all new, segalanya baru yang berdampak efek memaksakan bagi sebagian orang yang memang harusnya tidak melakukannya.
Tapi, apapun itu, idul fitri adalah hari kebahagiaan umat muslimin. Hari leburnya prasangka, gugur nya amarah, melimpahnya pintu maaf, dan terhamparnya ridla ilahi.
Selamat tinggal ramadlan, semoga Allah memperkenankan kita berjumpa kembali. Selamat datang idul fitri, hamparkan rahmatmu untuk kami ya Allah
Minggu, 05 September 2010
Sabtu, 04 September 2010
Senin, 26 Juli 2010
Aku dan Masa Depanku
Ayah, Tahukah engkau apa yang sedang ku dambakan kini?
Itulah masa depanku,,,,
Itulah hari yang akan kujalani nanti
Banyak hal yang Ku ingin gapai
Banyak hal yang ingin kucapai
Namun apa guna ini semua
Tanpa kesediaan dan ketersediaan
Ini kuanggap Awal
Ini kurasa sebagai mula
moga ini bukan awal saja
mudah2an ini adalah permulaan
Ayahku guruku….Guruku ayahku
Ayahku guruku….Guruku ayahku
Februari 22, 2009 by asepanwarayah…
Kau pelita dalam hidupku
penerang bagi langkah awal hidupku
ayah…aku menyayangimu seumur hidupku
Ayah…
kau menuntunku
melebihi guru sebagai cahayaku
kau manusia jenius penuh berkah dalam hidupku
Guru…
namamu selalu ada di dadaku
nasehatmu ku junjung tinggi dalam langkahku
bagai ayah yang selalu memberikan yang terbaik untukku
artikel ilmiah
A. Pembuatan Artikel Ilmiah
1. Pengertian Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah terdiri dari dua suku kata, artikel dan ilmiah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artikel berarti karya tulis atau karangan lengkap dalam majalah atau surat kabar, dan sebagainya. Sedang dalam buku Ensiklopedi Bahasa Indonesia, artikel diartikan sebagai karangan prosa dalam media masa yang membahas pokok masalah secara ringkas, bersifat umum dan luas cakupannya, aktual, serta tidak terlalu memperhatikan bahasa dan bentuknya, untuk menyampaikan gagasan atau fakta, yang bertujuan untuk meyakinkan, membujuk, ataupun menghibur pembaca.
Adapun kata ilmiah berarti bersifat keilmuan[1], jadi artikel ilmiah adalah artikel yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan sebagai representasi hasil pemikiran penulis atas suatu objek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah[2]. Prof. Dr. Imam Suyitno, M.Pd, berpendapat bahwa artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku kumpulan artikel, ditulis dengan tatacara ilmiah, dan disesuaikan dengan konvensi ilmiah yang berlaku. Artikel dapat dipilah menjadi dua (a) artikel hasil penelitian, dan (b) artikel nonpenelitian[3].
2. Langkah Umum Penulisan Artikel Ilmiah
Dalam menyusun artikel, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh seorang penulis, yaitu:
1. Menentukan Tema dan Judul
Tema yang akan dibuat adalah gagasan berfikir ilmiah, yang hakikatnya tema ini adalah proses pengembangan isi artikel tersebut. Setelah tema selesai dibuat segera tentukan judul dari tulisan yang akan dibuat. Jika tema menjadi inti atau nafas dari artikel maka judul menjadi wajah dari sebuah artikel. Judul akan menentukan apakah seseorang tertarik untuk membaca artikel tersebut atau akan mengabaikannya.
2. Membuat Sketsa Artikel
Sketsa artikel memiliki peran lebih dari sekadar penjabaran ide. Sketsa ini sangat berguna jika artikel tersebut tak terselesaikan dalam waktu singkat. Artinya jika penulisan artikel terhenti bahkan dalam waktu yang lama, maka sketsa ini dapat membantu mengingat kembali poin-poin penting untuk melanjutkannya kembali.
3. Mengembangkan Sketsa Artikel
Pada tahap ini, sketsa akan dibuat menjadi sebuah artikel dengan berdasarkan gagasan penulis dan informasi yang didapat. Karena pendahuluan merupakan gerbang awal suatu tulisan maka disarankan untuk membuat pendahuluan semenarik mungkin. Beberapa penulis mengisi pendahuluan dari tulisan mereka dengan anekdot, ilustrasi, kutipan ayat al-kitab, atau pertanyaan yang menarik.
4. Penulisan akhir
Proses yang umum dilakukan penulis pada tahap akhir ini adalah melakukan revisi naskah. Revisi tersebut bisa meliputi tanda baca, kalimat ambigu, atau informasi yang tidak akurat. Sebaiknya koreksi ini dilakukan beberapa saat setelah artikel selesai dibuat. Jadi ada waktu untuk menenangkan pikiran setelah sebelumnya terkuras untuk menulis.
B. Tekhnik Membaca Artikel Ilmiah
Telah dijelaskan sebelumnya, komponen penting dalam berbahasa salah satunya adalah membaca. Untuk mendapatkan informasi atau ilmu dari sebuah artikel ilmiah juga perlu diketahui cara atau tekhnik membaca artikel ilmiah. Ini penting agar proses penggalian ilmu dan informasi dengan membaca bisa efektif dan tidak sia-sia.
Setidaknya ada dua cara untuk membaca suatu karya ilmiah seperti artikel ini, yaitu:
1. Tekhnik Scanning
Yaitu tekhnik membaca dengan cara acak, dalam arti loncat-loncat terhadap pembahasan yang dianggap penting sesuai kebutuhan/kepentingan pembaca.
2. Tekhnik Skimming
Yaitu tekhnik membaca secara garis besar atau sekilas untuk mendapatkan gambaran isi, minimal dengan menampilkan inti dari isi artikel yang dibaca.